Jakarta, BC - Memasuki hari kedua Ujian Nasional (UN) untuk SMA sederajat,              terlihat bahwa secara umum pelaksanaan UN berjalan lancar dan tertib.            
           
            Namun, sempat terganggu oleh kunjungan pejabat seperti gubernur,              bupati dan wali kota pada hari pertama UN, Selasa (22/4).
            Bahkan, di Kota Pandeglang, Banten, Irna Narulita yang hanya              berstatus istri Bupati Pandeglang, Ahmad Dimyati Natakusumah, dalam              pengertian bukan pejabat struktural di pemerintahan, “nyelonong”              masuk ruang ujian di SMAN 2 dan SMAN 6 Pandeglang. Aksi istri Bupati              Pandeglang ini sempat membuat konsentrasi peserta ujian terpecah.            
           
Sedangkan Aat Syafaat, Wali Kota Cilegon, memang tidak masuk ke              ruangan UN. Namun, rombongan pejabat yang berjumlah puluhan orang              itu membuat gaduh sekolah yang dikunjungi. Sedangkan aksi yang              dilakukan Bupati Serang, Taufik Nuriman, memeriksa tas-tas dan              peralatan yang dibawa peserta ujian di SMAN Anyer dan Keramatwatu.              Bupati menanyakan HP dan catatan-catatan yang mungkin melekat di              tubuh peserta ujian.
Di Makassar, tim pemantau independen pelaksanaan UN memprotes              rombongan Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu’mang, yang meninjau              SMK 8 Makassar, karena dinilai melanggar Surat Edaran Badan              Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) tentang larangan pejabat              mengunjungi peserta ujian di dalam ruangan.
“Peninjau hanya bisa masuk ke ruangan pada saat pengisian lembar              biodata atau pada saat istirahat, namun pada saat pengisian lembar              jawaban itu tidak diperbolehkan,” kata Muhammad Anis, anggota tim              pemantau independen Kota Makassar. Menanggapi hal tersebut, Agus              yang membawa wartawan pada saat peninjauan, mengatakan kehadirannya              bukan untuk mengganggu konsentrasi siswa melainkan hanya ingin              melihat secara langsung proses pelaksanaan UN. “Pemantauan langsung              ini penting, karena kalau ada apa-apa, nanti toh pemerintah daerah              juga yang disalahkan,” katanya.
Kekurangan dalam UN juga masih terjadi seperti tahun-tahun lalu. Di              antaranya, jumlah lembar soal dan jawaban tidak sesuai dengan jumlah              siswa, beredarnya kunci jawaban lewat SMS, adanya guru mata              pelajaran yang berada di ruang ujian, dan tipisnya kertas LKJ (Lembar              Kerja Jawaban) sehingga mudah robek saat dihapus.
Dari pantauan BCdi Makassar, Selasa (22/4), SMA Muhammadiyah di Jl              Kapoposan Makassar kekurangan dua lembar soal sehingga dua murid              terpaksa menunggu lembar jawaban yang diambilkan dari sekolah lain.              Sebaliknya, SMA Hamrawati justru kelebihan 60 lembar soal dan              jawaban.
            Sekretaris Panitia Ujian Nasional Kota Makassar Rayon 1, Abdul              Rahman, mengakui hal itu terjadi karena kurang telitinya pengepakan              dalam amplop. Namun, kekurangan itu segera diatasi dengan meminta              pengiriman lembar soal dari sekolah kelebihan lembar soal. Kepala              Dinas Pendidikan Kota Makassar, M Natsir Amin, menjelaskan kelemahan              tersebut tidak terjadi lagi pada hari ini.
            Kekurangan jumlah lembar soal ujian juga terjadi di Bandung. Kepala              Sekolah SMAN 5 Bandung, Jumdiat Marzuki, mengatakan ada 10 siswa              yang tidak mendapat lembar soal ujian Bahasa Indonesia.
Persoalan ini kemudian diatasi dengan cara memfotokopi soal ujian.              Di Bandung juga beredar kunci jawaban soal UN melalui pesan pendek (SMS).              Tetapi, anggota Dewan Pendidikan Kota Bandung, Iwan Hermawan,              mengungkapkan bahwa kunci jawaban lewat SMS itu palsu. Selain itu,              ternyata ada guru mata pelajaran yang diujikan yang berada di              sekolah saat UN. Padahal, sesuai atuan hal itu tidak dibenarkan.
           
             Kertas Mudah Robek
            Dari Malang dilaporkan, siswa di Kota Malang mengeluhkan tipisnya              kertas LKJ (Lembar Kerja Jawaban) yang diberikan panitia, sehingga              mudah robek saat dihapus. “LKJ memang tipis. Karena itu kami segera              mengusulkan LKJ UN cadangan ke provinsi untuk dua hari yang tersisa,”              jelas Kaseksi Sarana dan Prasarana Dikmen Disdik Kota Malang, Kunti              Nursasiati. Sementara itu, dari 14.225 murid peserta UN di Kabupaten              Malang, sebanyak 121 siswa mengundurkan diri dengan alasan menikah              atau menjadi TKI/TKW.
Lancar dan tertibnya pelaksanaan UN juga terjadi di Bali, yang              diikuti 36.148 orang. Sedangkan di Jambi, UN diikuti 31.768 murid.              Sebelumnya, Dinas Pendidikan Provinsi Jambi telah menjamin, tidak              akan ada kebocoran soal ujian, mulai dari pencetakan hingga              pendistribusian ke kabupaten dan kota, karena soal-soal tersebut              dikawal oleh personel kepolisian bersenjata lengkap.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Rahmat Derita, Selasa (22/4)              mengatakan, beban siswa tahun ini lebih berat dibanding tahun lalu.              Mata pelajaran yang diuji bertambah banyak seperti IPA yang dipecah              menjadi fisika, kimia dan biologi, sehingga yang diujikan menjadi              enam mata pelajaran. Standar nilai UN 5,25; lebih tinggi 0,25 dari              tahun 2007.
Di Palembang, ada tahanan yang mengikuti UN, yakni Thorman Arthur,              siswa SMK PGRI Palembang. Siswa kelas III Jurusan Otomotif ini              mengerjakan soal ujian di ruang Penyidik Poltabes Palembang, dengan              diawasi oleh guru pengawas. 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar