BEIJING, BC – Ada pemandangan unik saat “Obor Olimpiade Beijing 2008” dibawa secara lari beranting di Kota London dan Paris. Memang para pembawa obor adalah orang-orang bule dan kulit hitam yang membawakannya secara bergantian.
Namun, yang mengawal mereka secara dekat bukanlah aparat keamanan lokal, melainkan belasan lelaki bermata sipit yang berambut cepak dan berbadan tegap.
Rupanya, mereka adalah para pengawal khusus Obor Olimpiade yang langsung didatangkan dari China. Kendati semuanya memakai setelan olahraga (tracksuit) dan topi, mereka bukanlah atlet ataupun warga sipil, melainkan polisi khusus dengan mandat istimewa: menjaga agar Obor Olimpiade aman dibawa sampai ke tujuan selama berlangsungnya lari beranting.
Kedengarannya amat sepele, namun ternyata tugas tersebut terbukti sangat berat. Menara Eiffel di Paris dan Jembatan London menjadi saksi biksu bahwa Obor Olimpiade berkali-kali berupaya direbut atau dipadamkan paksa saat dibawa secara beranting.
Para pelaku adalah simpatisan maupun aktivis pro-kemerdekaan Tibet. Pekan ini mereka coba menyabotase pagelaran pembawaan Obor Olimpiade secara lari beranting di sejumlah kota utama – di antaranya London, Paris, dan San Fransisco.
Sabotase tersebut rupanya merupakan simbol kecaman mereka atas Pemerintah China yang selama ini terkesan sewenang-wenang atas wilayah otonomi Tibet di kawasan barat negeri tersebut sehingga Tibet harus segera merdeka. Namun, bagi pemerintah China sabotase atas Obor tersebut, semulia apa pun tujuannya, tidak boleh dibiarkan karena merupakan penghinaan bagi negara yang Agustus mendatang bakal menjadi tuan rumah pesta olahraga Olimpiade.
Apalagi ini merupakan penyelenggaraan Olimpiade pertama bagi China dan pembawaan Obor secara beranting ke mancanegara sebelum pesta olahraga dimulai sudah menjadi tradisi internasional sejak Olimpiade Berlin 1936. Itulah sebabnya, gara-gara Obor Olimpiade sudah menjadi sasaran “sabotase politik”, pemerintah China perlu mengerahkan pasukan khusus pengawal Obor. Kebetulan, pasukan khusus tersebut tidak mendapat keberatan dari Komite Olimpiade Internasional dan aparat keamanan lokal di negara-negara yang dilalui Obor Olimpiade.
Jakarta pun bakal dilalui obor tersebut pada tanggal 22 April mendatang. Namun, belum ada kepastian apakah Jakarta juga akan kedatangan pasukan khusus pengawal Obor dari China. Yang jelas, pasukan khusus tersebut terbukti bekerja keras untuk mengamankan obor dari gangguan. Menurut harian Wall Street Journal Asia edisi Rabu (9/4), mereka terdiri dari 30 personel yang bertugas di luar negeri dan 40 lainnya harus mengawal Obor saat sampai di China.
Selama berlangsungnya lari berantai, mereka berada di “Ring Satu” yaitu mengelilingi orang yang diberi kehormatan membawa Obor. Sedangkan di lingkar kedua dikawal oleh polisi setempat. Pengawal khusus tersebut merupakan para personel pilihan Kepolisian Bersenjata Rakyat China. Mereka haruslah berbadan tinggi, tampan, kuat, dan selalu tampil bugar layaknya seorang atlet.
Menurut situs internet spesialis masalah kemiliteran China, sinodefense.com, para pengawal juga harus lihai dalam seni bela diri tangan kosong dan mampu melumpuhkan serangan lawan dalam waktu singkat.
Selama menjalani latihan, mereka harus lari menanjak bukit paling pendek sejarak 9,6 kilometer. Karena ditempatkan di beberapa negara, para polisi China tersebut dibekali beberapa kata sederhana dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Jepang. Menurut China News Service, beberapa kata tersebut di antaranya “ayo lari,” “mundur,” “cepat,” dan “pelan-pelan.”
Seperti Robot Latihan yang keras dan tuntutan tugas yang berat membuat para pengawal pada akhirnya harus bersikap tegas saat bertugas. Sikap tegas itulah yang dipandang berbeda oleh orang-orang Bule di London dan Paris yang mendapat kehormatan membawa Obor Olimpiade. Menurut sejumlah pembawa Obor, sikap yang ditunjukkan para pengawal cenderung tidak simpatik, kasar, bahkan lebih mirip robot dengan sikap yang kaku.
“Mereka menyahuti saya dengan perintah ‘Lari! Stop! Ini! Itu!’ sampai saya berpikir ‘Ya ampun, siapa sih mereka?” kata mantan pembawa acara kenamaan Inggris, Konnie Huq, kepada Stasiun Radio BBC usai berlari membawa Obor Olimpiade di London, Minggu (6/4) lalu.
Kesan yang sama terlontar dari mulut Yolaine De La Bigne, seorang wartawati spesialis lingkungan hidup asal Prancis. Kepada Associated Press, Bigne mengaku menerima perlakuan tak mengenakkan dari pengawal China saat akan memasang selendang kepala bergambar bendera Tibet sebelum lari membawa Obor.
“Gambar tersebut rupanya terlihat dan sekitar empat detik kemudian semua pengawal mendamprat saya. Sekitar lima atau enam pengawal terlihat marah dan berteriak ‘Jangan! Jangan! Jangan!’ dalam bahasa Inggris,” kata Bigne.
Sebastian Coe, Ketua Panitia Olimpiade London 2012 yang berkesempatan membawa Obor di London, melontarkan komentar lebih pedas. “Mereka mencoba mendorong saya tiga kali. Mereka menyeramkan dan tidak berbahasa Inggris. Mereka itu preman,” katanya.
Sementara itu, kalangan pejabat China terkesan adem ayem dengan komentar-komentar pedas atas para pengawal khusus tersebut. “Menurut saya, tim pengawal telah bertugas menurut aturan dan melindungi obor dengan pantas,” kata seorang pejabat China bernama Liu. Sedangkan juru bicara Kedutaan Besar China di London, Zhao Shangsen, menyatakan para pengawal hanya menjalankan tugas rutin. “Tugas mereka yaitu melindungi obor,” kata Zhao.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar