Shelbyville, BC - Orang tertua di dunia yang masih hidup, Edna Parker akan merayakan ulang tahunnya yang ke-115, Minggu (20/4) ini. Agustus tahun lalu, Edna dinyatakan sebagai orang tertua di dunia menyusul kematian Yone Minagawa, perempuan Jepang yang lebih tua empat bulan darinya.
Pada Jumat (18/4) lalu, Edna masih bisa tersenyum dan tertawa ketika kerabat dan para tamu melepaskan 115 balon di luar panti jompo tempat dia dirawat. Mengenakan baju warna biru motif putih serta sepatu baru, Edna menggenggam seuntai mawar merah selama perayaan itu.
Kamarnya di panti jompo Heritage House Convalescent Center di Shelbyville, Indiana, Amerika Serikat (AS) juga penuh dengan hiasan boneka beruang teddy dan foto-foto kelima cucu, 14 cicit, dan 13 canggahnya. Ketika dikunjungi, Jumat (18/4) lalu, Edna masih bisa tertawa ketika mendapat album baru berisi foto-foto lamanya yang dikumpulkan Charlene, istri Don yang cucunya Edna.
“Itu anak-anakku, Clifford dan Junior,” kata Edna dengan suara serak sambil menunjuk foto kedua anaknya ketika masih remaja.
Edna lahir 20 April 1893 di Indiana dan sudah menjanda sejak 70 tahun lalu ketika suaminya, Earl meninggal karena serangan jantung di tahun 1938. Dua putranya, Clifford dan Earl Jr telah mendahuluinya meninggal, begitu juga dengan kedua saudarinya, Georgia meninggal di usia 99 tahun dan Opal meninggal di usia 88 tahun.
Meski demikian, Edna jauh dari kesan kesepian karena masih memiliki lima cucu, 14 cicit, dan 13 canggah yang menemani hidupnya.
Seusai ditinggal mati suaminya, Edna tinggal sendirian di rumah pertaniannya di Blueridge Road sampai usia 100 tahun. Di usianya yang ke-100 itu, dia lantas pindah ke rumah salah seorang anaknya, Clifford. Selama tinggal di sana, kondisi kesehatan Edna masih sangat bagus.
Suatu malam di musim dingin, Edna ditinggalkan di rumah sendirian ketika putranya Clifford dan istrinya menyaksikan pertandingan basket SMA. Ketika mereka kembali, Edna tidak ditemukan di dalam rumah. Don Parker, putra Clifford, ikut dalam pencarian itu danmenemukan Edna setengah terkubur salju di dekat kebun apel mereka.
Sebelumnya, dia terperangkap badai salju ketika sedang berada di luar. Tubuh Edna hampir tak terlihat karena minimnya cahaya serta karena dia mengenakan baju warna merah. Sweater warna merah ini merupakan baju favoritnya.
Edna hampir saja mati karena kedinginan. Beruntung petugas medis segera datang dan dia bisa pulih total. “Kami mengira dia sudah meninggal,” kata Don.
Meski usianya sudah 100 tahun ketika itu, Edna hanya mengalami luka ringan meski harus merelakan jari-jari tangannya dipotong karena terkena frostbite. Setelah kejadian itu, dia lantas dipindahkan ke panti jompo Heritage House Convalescent Center di Shelbyville, sekitar 40 arah selatan Indiana.
Menurut Don, neneknya bisa hidup begitu lama dan masih sehat kemungkinan karena dia tak pernah merasa khawatir. “Sejujurnya kami tidak tahu mengapa dia bisa hidup begitu lama,” kata pria berusia 59 tahun ini. “Tapi dia tak pernah menjadi orang yang terlalu khawatir dan badannya tak pernah kegemukan. Jadi mungkin itu salah satu penyebab umur panjangnya.”
Sebuah penelitian menyebutkan, cara menghadapi stres dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi lamanya umur seseorang. Edna dan juga orang-orang berusia di atas 110 tahun (disebut supercentenarian) diharapkan dapat memberi sumbangan pada para ilmuwan soal resepnya bisa hidup sangat panjang. Di dunia hanya tinggal 75 orang yang berusia di atas 110 tahun. Sebanyak 64 di antaranya perempuan dan 11 pria.
Dua tahun lalu, para peneliti dari proyek New England Centenarian Study di Universitas Boston mengambil sampel darah Edna. DNA Edna kini sedang diteliti dan disimpan bersama sekitar 100 supercentenarian lainnya, kata Tom Perls, pemimpin proyek itu.
Perls meyakini, rahasia umur panjang adalah gabungan antara genetik dan faktor lingkungan seperti kebiasaan hidup sehat. Penelitiannya atas sekitar 1.500 centenarian (orang berusia 100 tahun) mengungkapkan bahwa faktor lain yang melindungi seseorang dari penyakit seperti serangan jantung dan stroke adalah kemampuan mereka mengendalikan stres. “Mereka lebih mampu mengendalikan stres dibanding sebagian besar dari kita,” ungkapnya.
Penemuan Perl itu tak beda jauh dengan hasil penelitian Dr Nir Barzilai, direktur Albert Einstein College of Medicine's Institute for Aging Research di New York. Hampir seluruh centenarian itu memiliki saudara, ibu atau kerabat yang berumur panjang, katanya. “Umur panjang itu seperti turun-temurun,” ucap Barzilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar